EKONOMI

NASIONAL

POLITIK

Ini Dia Pahlawan asal Batam untuk Kemerdekaan RI ke-70

[caption id="attachment_6538" align="alignleft" width="290"]Inilah bocah SD yang menantikan sopir angkot si baik hati. foto: gordon/amok Inilah bocah SD yang menantikan sopir angkot si baik hati. foto: gordon/amok[/caption]

BATAM - Selasa siang, 11 Agustus 2015 hampir sebahagian besar wilayah Kota Batam diselimuti hujan deras. Pemandangan ini lazim ditemukan, maklum saja kata BMKG Hang Nadim daerah Kepri tidak mengenal musim penghujan maupun kemarau.

 

Sehingga air berkah itu sewaktu-waktu turun tanpa ada aba-aba terlebih dahulu. Berbeda dengan di pulau Jawa maupun di Nusa Tenggara yang selalu konsisten.

 

Biasanya sih terbagi dua yakni awal Januari hingga akhir Juli bahkan lebih hingga September musim masih kering kerontang. Barulah sisanya curah hujan jor-joran bahkan sampai banjir bandang dan merenggut korban jiwa seperti yang baru terjadi di Kebumen Jawa Tengah.

 

Kembali ke Batam, sifat kepahlawanan rupanya tidak harus berperang melawan penjajahan. Namun bisa dilakukan oleh siapa, dimana dan kapanpun.

 

Seperti yang dirasakan tiga siswi cantik asal SDN 004 Batuaji ini. Betapa bersyukurnya para bocah ini, menjumpai seorang hero dalam hidup mereka di tengah situasi genting menakutkan.

 

Saat hujan rintik-rintik tiba, para calon penerus bangsa ini terlihat menanti angkot di pinggir jalan. Terpancar jelas kecemasan di wajah bocah bau kencur tersebut, kalau-kalau hujan lebat segera mengguyur tubuh dan peralatan baca tulis mereka yang disimpan di dalam tas.

 

Hampir dua puluh menitan sebelum hujan turun, mereka masih mengharap keajaiban mendapat angkot yang bersedia mengantarkan ke tempat tujuan.

 

Namun, sampai air langit Selasa siang itu ditumpahkan sekencang-kencangnya oleh sang Maha Kuasa, para bocah ini urung memperoleh angkot yang diinginkan.

 

Sekita tubuh mungil para bocah tersebut basah kuyup. Semakin komplit karena seluruh perlengkapan tulis dan baca yang mereka sandang ikut diguyur hujan.

 

Hah..andai saja orang tua kami menjemput pakai mobil, minimal mobil-mobil kombet eks Singapur. Tentu kami tidak merasakan yang namanya menggiggil kedinginan seperti ini. Mungkin begini kira-kira perasaan dari anak-anak tersebut saat melihat temannya yang dijemput ayah atau ibunya pakai roda empat.

 

Di tengah guyuran hujan yang terus meluncur deras, ketiga srikandi ini masih berusaha sekuat daya menghentikan angkot. Beberapa Carry istilah orang Batam menyebut angkot, sempat menghampiri mereka, namun mendengar kata kurang cocok, sang juru kemudi yang diduga sopir tembak itu lansung ngacir. Bahkan cipratan air dari ban belakang angkot tadi menyemprot muka para gadis cilik tersebut.

 

"Om kami bisa numpang om, satu orang nggak ada ongkos," Lina, salah seorang anak memelas kepada para driver angkot.

 

Mungkin inilah kata-kata yang sepertinya tak diharapkan oleh sopir yang mengejar setoran tadi. Sehingga selalu menolak untuk mengangkut mereka. Wajar, namun cukup memprihatinkan. Secara gitu loh...

 

Beruntung, sepotong kotak segi empat warna biru lengkap dengan roda-rodanya terlihat dari kejauhan meluncur pelan ke arah Mukakuning. Tanpa diduga si Bimbar yang konon raja tega sekaligus raja jalanan di Batam itu berhenti, saat isyarat lambaian tangan yang mulai lemah dari para bocah itu menyetopnya.

 

"Om kami bisa numpang om, satu orang nggak ada ongkos om," serentak para siswi bertanya pada Sibarani, sang sopir Bimbar.

 

"Kalian mau ke mana," tanya sang sopir.

 

"Kami mau pulang om, uang kami kurang om," jawab para bocah.

 

"Ya udah, ayo naik," tegas Sibarani.

 

Di dalam angkot Bimbar ini terlihat hanya ada tiga penumpang. Sepertinya kondisi lagi sepi, maklum akhir-akhir ini Batam diterjang gelombang pengangguran. Tidak banyak warga beraktivitas di luar rumah seperti pergi dan pulang kerja.

 

Meski pun sudah basah kuyup kedinginan. Nampak begitu cerianya ketiga siswi tersebut. Ternyata masih ada sopir yang punya rasa empati terhadap sesama, walau kondisi sulit seperti sekarang.

 

Bersempena hari ulang tahun kemerdekaan RI ke-70, yang akan dirayakan 17 Agustus mendatang, sepertinya Sibarani-Sibarini seperti inilah yang berhak dianugarahi gelar pahlawan. Bukan malah mereka di Istana dan Senayan sana yang hanya menggarong duit rakyat lalu dijadikan pahlawan.

 

Dirgahayu RI, Jayalah Negeri Ku, Sambut MEA 2015 dengan serius dan singkirkan ego sektoral para birokrat culas dan korup seperti yang kini mewabah di seantero Indonesia. (thr)

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *