EKONOMI

NASIONAL

POLITIK

Inggris Keluar, Bukti Uni Eropa Proyek Gagal

 

LONDON - Di tengah upaya Eropa untuk bersatu dan menjadi lebih besar sejak masa Perang Dunia II, salah satu anggotanya Inggris justru memilih untuk keluar dari Uni Eropa.

 

Pada pukul 12.07 WIB, sebanyak 48,2 persen warga Inggris memilih tetap di UE, sedangkan 51,7 persen warga memilih keluar dari UE, dari pantauan penghitungan suara "Live" di Reuters.

 

Saat ini terjadi euforia pihak "Leave" yang sudah mengklaim kemenangan mereka sebagai protes terhadap pimpinan politik Inggris, bisnis besar, serta pimpinan negara asing, termasuk Obama yang mendorong Inggris tetap di UE.

 

"Jika prediksi tepat, ini akan jadi kemenangan bagi setiap orang, terutama orang biasa. Biarkan tanggal 23 Juni jadi hari kemerdekaan bagi kami," kata Nigel Farage, pimpinan Eurosceptic UK Independence Party. Dia juga menyebutkan UE sebagai proyek gagal.

 

Akibatnya pasar finansial dunia turun seiring hasil referendum yang membuktikan lebih banyak warga Inggris memilih keluar dari Uni Eropa.

 

Mata uang sterling turun terbesar hingga 10 persen terhadap dollar AS, posisi terendah sepanjang 31 tahun terakhir, yang mengekspresikan ketakutan masyarakat akan keputusan keluar dari Uni Eropa pada perekonomian terbesar kelima dunia tersebut.

 

Hasil referendum ini melengkapi upaya dua tahun Inggris mencoba bercerai dari Uni Eropa, meningkatkan pertanyaan apakah London masih berperan dalan pasar keuangan global, serta menekan Perdana Menteri David Cameron untuk mengundurkan diri.

 

Mata uang euro turun lebih dari 3 persen terhadap dollar akibat kekhawatiran bola liar Brexit akan merusak perekonomian Uni Eropa yang beranggotakan 27 negara.

 

Investor membanjiri safe havens aset, termasuk emas dan yen yang menguat. Sementara saham-saham Eropa dibuka dengan estimasi penurunan hingga 6-7,5 persen lebih rendah.

 

Belum ada komentar dari Bank of England. Sementara itu, para pembuat kebijakan global bersiap untuk menstabilkan pasar, dengan Menteri Keuangan Jepang Taro Aso menjanjikan respons yang diperlukan di pasar mata uang. (man/reuters)

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *