KEPRIUPDATE.COM
Pandangan materialistis seolah menganggap, bahwa kebahagiaan hidup hanya bisa diraih dengan harta. Alhasil, pandangan ini mengusik keharmonisan dan ketenangan rumah tangga seorang muslim. Melalaikan tujuan inti penciptaannya, penghambaan diri kepada Allah semata dalam setiap aspek kehidupannya.
Sebagai efeknya, tak jarang wanita juga ikut bekerja membanting tulang, mengerahkan segala cara untuk mendapatkan harta yang banyak. Dalam benaknya, yang berkembang hanya bagaimana bisa menguasai dunia dengan harta berlimpah, seolah kebahagiaan dan ketenangan bergantung dengan harta, sebagaimana dalam firman Allah berikut ini :
"Dan jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat. [QS. Asy - Syura : 27]
Selain pandangan materialistis, banyak remaja umat Islam yang mengalami penyakit hedonisme. Gemar berhura-hura demi kenikmatan dunia yang sesungguhnya bersifat sesaat. Tidak memikirkan lagi mana yang haram dan mana yang halal.
Segala bentuk keindahan di dunia janganlah dijadikan sebagai tujuan utama kita. Jangan sampai kita terjangkit penyakit wahn, yakni kelemahan umat Islam cinta kepada dunia dan takut kepada kematian.
"Dari Tsauban, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hampir saja para umat (yang kafir dan sesat) mengerumuni kalian dari berbagai penjuru, sebagaimana mereka berkumpul menghadapi makanan dalam piring”. Kemudian seseorang bertanya,”Katakanlah wahai Rasulullah, apakah kami pada saat itu sedikit?” Rasulullah berkata,”Bahkan kalian pada saat itu banyak. Akan tetapi kalian bagai sampah yang dibawa oleh air hujan. Allah akan menghilangkan rasa takut pada hati musuh kalian dan akan menimpakan dalam hati kalian ’Wahn’. Kemudian seseorang bertanya,”Apa itu ’wahn’?” Rasulullah berkata, ”Cinta dunia dan takut mati.” [HR. Abu Daud no. 4297 dan Ahmad 5: 278, shahih kata Syaikh Al Albani.
Gaya hidup seorang muslim tentu harus didasari oleh Al Qur’an dan Sunah, dan menjauhi pedoman, tujuan serta dasar hidup yang lebih mengutamakan kebendawian (pragmatis). Perubahan zaman yang semakin pesat dan mengikuti pola perkembangan sosial yang ada, orientasi kehidupan kaum muslimin semakin hari semakin jauh dari tuntunan Islam.
Hal ini karena masyarakat khususnya kaum muslimin tak mengerti dan faham akan definisi dan makna gaya hidup. Ingatlah selalu bahwa dunia merupakan tempat singgah, bercocok tanam. Kita tidak akan menetap lama di dunia ini. Akhirat merupakan tujuan pasti. Gunakan dunia sebagai sarana perbekalan untuk di akhirat kelak.
sumber: lirboyo.net, voa-islam.com