EKONOMI

NASIONAL

POLITIK

Santri Jamiatul U'lum Sekupang Tewas Dihajar Senior

[caption id="attachment_5775" align="alignleft" width="290"]Ilustrasi kekerasan di dunia pendidikan Ilustrasi kekerasan di dunia pendidikan[/caption]

BATAM - Sahirul Amin, salah seorang santri di Pesantren Jamiatul U'lum Ar-Rahman, Sekupang, akhirnya  menghembuskan nyawa setelah enam hari koma di RSBP.
 

 

Korban meninggal Minggu (24/5) sekitar pukul 20.00 WIB dan lansung dimakamkan pada esok harinya. Dia adalah salah satu contoh potret suram dunia pendidikan di Tanah Air. Dimana, kasta antara senior dan junior itu ada.

 

Anak yang baru duduk di bangku kelas 1 pesantren ini, merupakan korban dari tindak kekerasan oleh seniornya. Dia yang masih berumur 12 tahun tersebut dipukul santri lainnya yang berinisial MZ (14), yang duduk di bangku kelas 3.

 

Kapolsek Sekupang, Kompol Rimsyahtono saat dihubungi via telepon mengatakan, empat orang saksi dalam kasus ini telah diperiksa. Meski pelaku masih di bawah umur, proses hukum akan tetap dilanjutkan.

 

"Pelaku kami jerat pasal 351 ayat 3 KUHP tentang pembunuhan," kata Rimsyahtono kepada wartawan, Selasa (26/5/2015).

 

Ketua Komisi Pengawasan dan Perlindungan Daerah (KPPAD) Kepri, Eri Syahrial mengatakan, pelaku yang masih di bawah umur akan mendapatkan hak dan perlidungannya. Seperti pengacara dan proses hukum diversi.

 

"Saya berharap, jika keluarga korban bisa mengikhlaskan dan memberikan maaf kepada pelaku," harapnya.

 

Informasi soal tewasnya siswa ini dikarenakan sandal jepit. Kejadian bermula di dapur pesantren pada hari Selasa (19/5/2015) sekitar pukul 10.00 WIB. MZ yang hendak ke toilet, meminjam sandal korban. Namun korban enggan meminjamkan sandal tersebut sehingga terjadi cekcok mulut.

 

MZ yang naik pitam lansung menonjok korban dua kali di bagian wajah dan menendang bagian rusuk. Mereka pun dilerai santri lainnya. Usai meluapkan emosinya, pelaku pun meninggalkan korban yang kesakitan.

 

"Jadi dari pengakuan MZ memukul dua kali korban di bagian pelipis kanan dan menendang satu kali di bagian rusuk kanannya," tegas Multazam, salah seorang pengajar di pesantren tersebut.

 

Ketika itu waktu salat zuhur sekitar pukul 12.05 WIB, korban bersama santri lainnya mengambil wuduk. Namun, keluar dari kamar mandi, korban mengalami pusing hingga akhirnya tergeletak di teras mesjid.

 

Santri lain pun segera melaporkannya ke pengurus pesantren. Meski telah diberikan pertolongan pertama, korban tetap tidak sadarkan diri hingga akhirnya dilarikan ke rumah sakit RSBP.

 

Pengajar dan pengurus pesantren pun mencari tahu penyebab korban mengalami pingsan. Mendapat laporan dari santri yang melihat pertikaian antara korban dan pelaku, pengurus pun melaporkan kejadian ini ke Polsek Sekupang pada esok harinya.

 

Korban juga sempat dilarikan ke Rumah Sakit Awal Bross untuk mendapatkan perawatan. Namun tim medis cuma melakukan ronsen saja.

 

Jarwoto, ayah korban mengaku tak mempercayai kenapa anaknya sempat melakukan hal itu. Sebab sosok anaknya itu penurut dan tidak pernah macam-macam. "Saya tidak percaya jika kematian korban adalah karena anak saya," kata Jarwoto.

 

Hingga berita ini diunggah, pelaku telah mendekam di jeruji besi Polsek Sekupang. "Kami berharap dan bersyukur keluarga korban punya itikat sangat baik dan tidak akan memperpanjang masalah ini," pintanya. (red/david)

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *