EKONOMI

NASIONAL

POLITIK

Beras Mahal Warga Batam Makan Nasi Ubi

 

 

[caption id="attachment_7115" align="alignleft" width="290"]Seorang warga memberi makan anaknya ubi kayu sebagai pengganti nasi. foto: alfie syahrie/kepriupdate Seorang warga memberi makan anaknya ubi kayu sebagai pengganti nasi. foto: david/kepriupdate[/caption]

BATAM - Dampak ulah mafia Batam menimbun ratusan ton beras, membuat harganya terus melambung tinggi. Celakanya lagi kini kebutuhan pokok utama masyarakat itu langka dijumpai.

 

Beras kualitas rendah yang biasa bisa dibeli dengan harga berkisar Rp11 ribu per kilogram, kini naik dua kali lipat menjadi Rp22 ribu per kilogram.

 

Kondisi tersebut jelas semakin membuat masyarakat kecil kian terjepit. Untuk tetap bisa bertahan hidup, sudah seminggu terakhir warga Batam terpaksa makan ubi kayu sebagai pengganti beras.

 

"Kalau mahal mungkin masih kita usahakan belinya, tapi ini langka. Di mana-mana beras kosong tidak ada dijual. Mau tidak mau terpaksa makan nasi ubi" keluh Dina, warga Batu Merah kepada kepriupdate.com, Sabtu (24/10/2015).

 

Kelangkaan beras di Batam tidak terlepas dari kebijakan Jokowi-JK yang melarang impor beras. Padahal kota sekecil Batam jauh dari lumbung padi.

 

Pemerintah memaksa Batam mendatangkan beras asal Pulau Jawa. Selain jaraknya jauh, di daerah tersebut saat ini juga sedang musim paceklik kemarau panjang membuat petani mengalami puso.

 

"Sejak Jokowi jadi presiden, satu tahun belakangan kehidupan masyarakat di mana-mana kok ikut susah. Kalau seperti ini buat apa ada presiden?" ujar Yati, warga lainnya. (david)

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *