KEPRIUPDATE.COM
Kala itu saya duduk di bangku SMP tak perlu saya sebutkan namanya, beliau sangat elegan bijaksana, lembut, pintar pastinya dan tak pernah marah.
Selain itu saya juga berterima kasih kepada guru sejarah saya yang kala itu menjabat kesiswaan. Berkat tamparan tangan kiri yang sangat keras, saya menjadi sosok yang disiplin, patuh, memiliki kemauan dan tak pemalas serta kepada guru-guru lain yang telah menghukum saya dengan hati dan niat mendidiknya.
Di masa itu saya lebih dari puluhan kali ditampar, dijemur disuruh berjemur di lapangan sambil hormat bendera, dicubit hingga merah bahkan sompel.
Puluhan kali jalan jongkok tapi ketahuilah saat itu hingga sekarang saya tidak merasa dendam, kreatifitas saya tidak terhenti, yang ada kedisiplinan saya meningkat, malas saya hilang semua berkat didikan guru guru saya kala itu.
Mereka bukan hanya mengajari meteri tapi akhlak dan kedisiplinan serta juga kepatuhan dan rasa menghormati baik itu aturan, guru orang tua dan sesama manusia.
Jasa mereka tidaklah cukup jika dirupiahkan bahkan dengan nilai mata uang tertinggi sekalipun. Mereka, guru ibarat titisan sang pencipta mendidik generasi muda.
Kini saya tumbuh dewasa dan menjadi guru di Kota Batam. Tapi suasana dulu dengan sekarang jauh berbeda. Aturan yang mengatas namakan HAM membuat saya dan kawan kawan saya takut dan cemas yang berkepanjangan.
Takut kami terasa aneh, kami takut jeruji besi menjadi rumah pribadi kami. Jeruji itu kini bukan lagi tempat untuk orang yang melakukan kejahatan atau untuk para perampok uang rakyat saja, tapi kini jeruji itu juga diperuntukan untuk para pendidik, para pendidik yang dengan tulus mendidik.
Jeruji itu diperuntukan untuk kami yang hanya mencubit anak didiknya. Bahkan bukan karena hukuman tapi kelakuan anak yang bermain sehingga membasahi pakaian orang tua kedua anak itu.
Tragis dan sangat perihatin, di kala sang pendidik memberi pelajaran atas kelakuan anaknya berujung bui. Dimanakah hati nurani para orang tua ? Apakah anak Anda segala galanya bahkan mereka salahpun kalian tetap bela.
Apakah meraka sangat patuh kepada kalian dan sangat baik sehingga kami yang kalian anggap salah ? Apakah aturan HAM buatan manusia itu menjadi dewa dan mengalahkan kebaikan titisan sang pencipta ?
Baiklah bapak ibu, kami tidak akan mengeluh lagi dengan aturan HAM itu. Tapi kami hanya meminta jangan tuntut kami untuk menjadikan anak Anda berbudi pekerti santun, berakhlak mulia, kecuali hanya memberikan ilmu kepintaran. Jangan pernah tuntut itu.
Penulis: Fahrur Rozi S.Pd
Guru SMP Negeri 20 Batam