[caption id="attachment_3261" align="alignleft" width="290"] Kepala Bandara Dabo Singkep Lingga, Dodi Dharma Cahyadi. Foto: kepriupdate/misranto[/caption]
LINGGA - Kepala Bandara Dabo Kecamatan Singkep, Kabupaten Lingga Dodi Dharma Cahyadi mengungkapkan, setelah tiga tahun usulan untuk merenovasi landasan pacu dan terminal bandara akhirnya terealisasi.
Ditemui di ruang kerjanya Dodi menyebutkan bahwa kemajuan suatu daerah sangat tergantung dari fasilitas seperti jalan maupun bandara agar mempermudah masyarakat dalam melakukan avtivitas untuk pengembangan ekonomi.
Lingga yang memiliki letak geograpis daerah kepulauan sangat merasakan pentingnya transportasi bandara tersebut. Keberadaan Bandara Dabo Singkep menjadi salah satu faktor penting di dalam mendongkrak kemajuan di kabupaten.
"Fasilitas lengkap yang kini dimiliki bandara seperti saat bangunan sudah tertata dengan rapi tak seperti dulu lagi, berbagai pembenahan telah saya lakukan khusus untuk runway sejak kepindahan kemarin sudah berencana akan diperpanjang landasan pesawat menjadikan 1600 meter, namun rencana ini masih terbentur pada sejumlah kendala," ujar Dodi Dharma kepada kepriupdate.com.
Saat ini landasan Bandara Dabo hanya sepanjang 1300x300 meter. "Kalau ditambah sekitar 300 meter saya rasa pesawat yang besar pun dapat masuk, sehingga menimbulkan efek besar bagi perkembangan ekonomi Lingga. Banyak para bisnisman yang melirik untuk menanamkan modal di Dabo Singkep, ini yang kita harapkan," katanya.
Pada tahun 2014 saja bandara ini telah memiliki tujuh rute perintis, di antara Singkep-Tanjungpinang dan Singkep-Jambi, Singkep-Kerinci, Singkep-Pekanbaru, Singkepi-Pasir Pengaraian, Singkep - Pekanbaru-Rengat, dan Singkep Pekanbaru- Tanjungbalai Karimun.
"Untuk tahun 2015 kita akan menambah tiga rute lagi yaitu, Singkep-Bangka, Singkep-Tanjungpinang-Anambas, Singkep-Natuna. Bahkan kementrian perhubungan telah menilai bandara ini telah berhasil melaksanakan Program Subsidi penerbangan perintis tahun 2014 lalu, keberhasilan tersebut bisa dilihat dari subsidinya. Yang pada tahun ini Rp 10 milyar, sehingga bertambah menjadi Rp 29 milyar," bebernya.
"Jadi pada tahun depan masyarakat Lingga saya rasa sudah sepatutnya berbangga karena daerah mereka tak lagi "terisolir” sebab awalnya akses masuk ke daerah ini hanya dapat ditempuh dengan transportasi laut saja," tegasnya.
Alumni STPI angkatan 1999 ini juga dipercaya mengkoordinir angkutan perintis di tiga wilayah Kepulauan Riau. Baginya hal tersebut menjadi suatu kehormatan. Sebagai kepala bandara ini dia dianggap sebagai pahlawan, karena telah mampu merealisasikan keinginan masyarakat Lingga terutama di kalangan pebisnis agar Lingga dapat bersaing dengan daerah lain terkhusus dalam transportasi udara. (misranto)