EKONOMI

NASIONAL

POLITIK

Barang Langka Bernama Lapangan Bola

 

 

[caption id="attachment_4189" align="alignleft" width="290"]Pemain cilik SSB Bermuda tampak serius berlatih jelang Danone Cup U-12 di Bengkalis. foto: defrizal Para bocah bermain bola di lapangan Genta Batuaji. Sungguh memilukan, Batam tak banyak lapangan bola berstandard. doc. kepriupdate[/caption]

KEPRIUPDATE.COM - "Anak kota tak mampu beli sepatu. Anak kota tak punya tanah lapang. Sepakbola jadi barang yang mahal." Sepenggal lirik lagu Iwan Fals itu memang bukan sekedar syair belaka namun fakta nyata yang terjadi.

 

Di kota metropolitan seperti Batam ini, menemukan lapangan sepakbola ibarat mencari jarum dalam tumpukan jerami. Boleh dibilang Batam minim lapangan bola berstandar yang layak dijadikan tempat berlatih atau pun bermain. Hanya Tumenggug Abdul Jamal, dan itu bukan gratis.

 

Usai pulang sekolah, Budi, Yudi, Iwan, Romi, Yusuf dan Agung, anak-anak yang ada di perumahan MKGR Batuaji selalu bermain sepakbola. Aksi mereka biasa berlangsung setiap sore. Dan demi memenuhi hasrat bermainnya, bocah-bocah ini rela bermain si kulit bundar meski curi-curi di halaman rumah warga.

 

Maklum saja, selama ini lapangan sepakbola di perumahan tertua di Batuaji itu ibarat barang langka. Hampir seluruh lahan di sana kini telah berdiri gedung dan rumah. Al hasil warga di sana utamanya anak-anak sulit saat akan bermain bola. Kalau pun ada, mereka terpaksa pergi ke wilayah lain yakni Perumahan Genta I yang jaraknya lumayan dari pemukimannya, kendati kondisi lapangan di Genta juga tidak layak disebut lapangan bola.

 

Namun, anak-anak yang mengaku mengidolakan pemain sepakbola kelas dunia seperti Ronaldo dan Messi itu tak sedikitpun menciutkan nyalinya untuk terus mengolah si kulit bundar. Mereka tak mempedulikan cemoohan pemilik rumah lantaran halamannya dipakai bermain.

 

Anak-anak itu juga tak khawatir akan beresiko menginjak beling ataupun paku. Pasalnya, anak-anak miskin ini tidak pakai sepatu, tidak seperti anak-anak orang mampu, yang berlatih di sekolah sepakbola dengan dukungan finansial lebih dari orang tuanya atau bahkan bermain futsal yang butuh dana besar untuk sewa lapangannya.

 

Akan tetapi Budi Cs seakan tak ingin kalah dengan anak orang kaya. Tawa riang mereka sore itu, seakan melumerkan jarak menganga antara si kaya dan si miskin. Mereka terus bersemangat mengejar bola, sesekali permainan bola mereka diiringi teriakan satu sama lain agar tak serakah dalam mengolah bola.

 

Kesederhanaan anak-anak miskin ini terlihat jelas dari peralatan yang mereka gunakan, seperti tiang gawang yang terbuat ala kadar dari tumpukan sandal jepit mereka. Kendati begitu, terlihat jelas asa dan cita-cita anak-anak MKGR Batuaji ini terus berkobar.

 

Mungkin yang ada dibenakkan bocah-bocah ini bagaimana bisa bermain dan terus bermain hingga mencetak gol seperti yang dilakukan idolanya masing-masing. Padahal kalau pembinaannya berjalan dan perhatian pemerintah serius, mungkin saja anak-anak ini menjadi pemain top dunia.

 

"Pingin jadi Ronaldo Om. Karena tendangannya keras kayak geledek," ujar Budi polos.

 

Sepertinya nasib yang dialami bocah-bocah ini tidak hanya menimpa warga perumahan MKGR saja. Kondisi tersebut nyaris terjadi di hampir seluruh perumahan yang ada di Batam. Lapangan sepakbola kini menjadi barang langka dan mewah di Batam.

 

Kondisi ini perlu perhatian serius bagi seluruh pengurus daerah PSSI Batam. Sebab bukan tidak mungkin, sulitnya menemukan lapangan bola, membuat anak-anak yang memiliki bakat sepakbola patah arang karena tak bisa menyalurkan bakat terpendamnya.

 

Kondisi ini tidak heran, mengapa prestasi sepakbola di Kota Batam yang didelegasikan kepada PS Batam, prestasinya jauh dari panggang dan membuat kecewa seluruh warga Batam. Jangankan bisa berlaga di Liga Super Indonesia, berkompetisi di Divisi II PSSI saja, PS Batam sepertinya sudah ngos-ngosan.

 

Perlu ada rotasi dari pengurus PSSI Kota Batam saat ini. Sebab sepakbola adalah kejujuran. Bukan manipulatif dan seremoni di gedung-gedung dan hotel mewah dibicarakan. Namun pembuktian prestasi yang dibutuhkan oleh warga Batam.

 

Mungkin yang ada di benak para pengurus PSSI, hanya bagaimana bisa mengeruk duit APBD sementara nihil dalam prestasi. Akankan Stadion Tumenggung Abdul Jamal akan menjadi saksi kelam persepakbolaan Batam? Saatnya buktikan PS Batam akan berkiprah di kancah nasional. Rindu PS Batam. (taher)

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *