BATAM
Tidak saja dialami pengusaha kakap seperti properti yang konon merugi hingga miliaran rupiah akibat izin lahan distop BP Batam, namun pebisnis elektronik juga kelimpungan.
Seperti dialami pedagang telepon seluler (ponsel) di bilangan Lucky Plaza Nagoya. Sejak awal tahun hingga akhir Mei 2016, omsetnya menurun drastis hingga 80% dibanding periode serupa tahun lalu.
Penyebabnya tak lain karena sepinya konsumen yang membeli dagangannya. Mereka tidak membayangkan apakah dalam waktu dekat ini usaha yang telah digeluti sejak bertahun-tahun lalu ini masih bisa bertahan atau justru sebaliknya (gulung tikar).
Taufik, salah seorang pelaku usaha ponsel menyebut kondisi pasar yang lesu telah berdampak luas bagi kelangsungan usahanya.
"Saya pesimis masih bisa bertahan atau tidak dagangan ini. Habis setiap hari jualan sepi. Kalau dihitung jari sebelah tangan saya ini tidak habis," tuturnya sembari memegang keningnya.
Entah dikarenakan pusing memikirkan tagihan kontrakan toko atau bingung mau membayar upah para pekerjanya yang berjumlah sekitar 5 orang tersebut.
Namun Taufik tetap punya rasa optimisme akan nasib bisnis ponsel yang telah merubah hidupnya itu.
"Kami hanya minta pemerintah Batam ayo bangkitkan lagi geliat bisnis. Kurangi korupsi dan sok paten," pintanya penuh harap. (anggieta)