[caption id="attachment_4731" align="alignleft" width="290"]
JAKARTA - Rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta, Kamis (9/4/2015) sore, bergerak menguat senilai 28 poin menjadi Rp12.929 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp12.957 per dolar Amerika Serikat.
"Rupiah melanjutkan kenaikannya seiring dengan ekspektasi data tenaga kerja Amerika Serikat yang masih melambat sehingga situasi itu dapat menunda rencana the Fed menaikan suku bunganya," kata pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova di Jakarta.
Selain itu, menurut dia, berkurangnya impor migas membuat kebutuhan dolar AS cenderung berkurang sehingga menopang fluktuasi rupiah di pasar valuta asing yang cukup stabil dengan kecenderungan menguat.
Di sisi lain, menurut dia, cadangan devisa Maret 2015 mengalami penurunan, namun masih cukup membiayai sekira 6,9 bulan impor atau 6,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.
"Masih baiknya cadangan devisa Indonesia tidak membuat pelaku pasar uang khawatir, di sisi lain kondisi ekonomi Indonesia juga masih relatif kondusif," katanya.
Dalam data Bank Indonesia tercatat posisi cadangan devisa Indonesia akhir Maret 2015 senilai 111,6 miliar dolar AS, lebih rendah dibandingkan dengan posisi akhir Februari 2015 senilai 115,5 miliar dolar AS.
Rully Nova menambahkan masih mengalirnya dana asing ke pasar surat utang atau obligasi domestik masih menjadi sentimen positif bagi mata uang rupiah.
Dalam lelang empat seri surat utang negara (SUN) beberapa waktu lalu pemerintah menyerap dana senilai Rp10 triliun untuk memenuhi sebagian pembiayaan dalam APBN dengan total penawaran yang masuk mencapai Rp15,1 triliun.
Sementara itu, kurs tengah BI pada Kamis ini tercatat mata uang rupiah bergerak menguat menjadi Rp12.973 dibandingkan Rabu kemarin di posisi Rp13.002 per dolar AS.
sumber: suara.com