EKONOMI

NASIONAL

POLITIK

Buntut Sanksi FIFA, Rakyat Papua Ingin Pisah dari NKRI

[caption id="attachment_5873" align="alignleft" width="290"]Kapten Persipura Boaz Salosa menenangkan timnya. foto: net Kapten Persipura Boaz Salosa menenangkan timnya. foto: net[/caption]

PAPUA - Kapten tim Persipura Boaz TE Solossa mengaku terpukul saat mengetahui adanya sanksi FIFA terhadap PSSI. Sebab timnya tak bisa berlaga di babak 16 besar AFC 2015, padahal mereka sedang berada di jalur kemenangan dan berpeluang besar masuk ke babak berikut.

 

"Yah sangat disayangkan. Apalagi untuk kami kalangan pesepakbola. Tentunya masyarakat juga sangat kecewa, pertama kali mendengar berita itu. kami sangat putus asa dan kecewa," ujar Boaz yang didampingi istrinya Adelina Erice Gedy, ketika ditemui di kediamananya di Perumahan Pemda II Kotaraja, Kota Jayapura, mengutip Antara, Minggu (31/5/2015).

 

Menurut dia, akibat intervensi pemerintah (Kemenpora) banyak pihak yang dirugikan dari sanksi yang ditetapkan oleh induk olahraga sepakbola dunia itu. Para pemain nganggur, anak dan istri terancam tak makan serta sekolah, pedagang asongan kehilangan penghasilan dan para pecinta bola hilang hiburan.

 

"Tentunya kecewa dengan apa yang dilakukan oleh pemerintah (Kemenpora dan BOPI) terhadap PSSI. Karena tidak ada penyelesaian yang baik dan untuk kami, Persipura khususnya masyarakat Papua. Jangankan masyarakat Papua, keluaraga, anak istri kami sempat kecewa, kami sudah tidak bisa berlaga dan melanjutkan pertandingan lagi," imbuhnya sambil menggendong anak keduanya Anabeth Imanuela Cleopatra.

 

"Sangat disayangkan juga, kenapa sampai timnas SEA Games yang baru akan memulai pertandingan, mereka diizinkan bermain. Sedangkan kami, tim Persipura tidak bisa lanjutkan pertandingan ini (AFC Cup), Persib juga demikian, bisa bermain," katanya membandingkan.

 

"Kami bagian dari Negara Republik Indonesia, dan itu yang membuat masyarakat Papua agak sedikit kecewa dengan hal ini. Sampai ada yang mengatakan kalau memang tidak bisa urus kami (Persipura dan Papua), biar kami merdeka saja. Pernyataan itu saya rasa sudah pada tingkat emosi yah dari pada seluruh masyarakat," tegasnya. (lukman/ant)