NEW
Selama zaman es besar terakhir yakni glasiasi Quaternary pada sekitar 2,7-1 juta tahun lalu, masa glasial muncul tiap 41 ribu tahun sekali. Namun, dalam 800 ribu tahun terakhir, masa glasial terjadi 100 ribu tahun sekali. 100 tahun ini dihitung dari 90 ribu tahun pembentukan lempengan es raksasa di bumi dan 10 ribu tahun melelehnya lempengan es sebelum akhirnya siklus berulang lagi.
Karena zaman es terakhir terjadi sekitar 11.700 tahun lalu, apakah ini saatnya bumi mulai memasuki masa pembentukan lempeng es kembali? ''Ya, kita harusnya kita sedang berjalan menuju Zaman Es berikutnya,'' kata Sandstrom seperti dikutip Live Science.
Zaman Es yang membekukan bumi terakhir terjadi pada 4,5 miliar tahun lalu. Lantas, kapan kiranya zaman es berikutnya mungkin akan tiba?
Jawabannya adalah, tergantung skalanya. Bumi telah mengalami lima kali zaman ss skala besar. Faktanya, saat ini, bumi tengah mengalami zaman es. Itu sebabnya planet ini punya daratan es.
Sayangnya, dua faktor terkait orbit bumi yang memengaruhi masa glasial dan interglasial, tidak berfungsi. Manusia membuang lebih banyak karbon dioksida ke atmosfer sehingga bumi mungkin tak akan masuk ke masa glasial setidaknya untuk 100 ribu tahun ke depan.
Ahli astronomi Serbia Milutin Milankovitch memiliki teori mengapa bumi memiliki siklus glasial dan interglasial. Karena bumi mengelilingi matahari, ada tiga faktor yang memengaruhi intensitas sinar matahari ke bumi yakni kemiringan, eksentrisitas, dan kestabilan posisi bumi. Dalam jurnal Science 1976, ada pembuktian efek tiga hal itu terhadap siklus glasial bumi.
''Tapi bila bumi terlalu hangat, semua faktor itu jadi tidak berguna karena es tidak terbentuk,'' kata Sandstrom.
Satu hal yang membuat bumi menghangat adalah karbon dioksida. Selama 800 ribu tahun terakhir, tingkat karbon dioksida bumi berfluktuasi antara 170-280 ppm. Selisih karbon dioksida pada masa glasial dan interglasial hanya 100 ppm.
Namun, kadar karbon dioksida hari ini jauh lebih tinggi dibandingkan fluktuasinya. Pada Mei 2016 lalu, Climate Central mencatat tingkat karbon dioksida di Antartika mencapai 400 ppm.(man)
EKONOMI
- Catat Sejarah, Batam Sukses Bangun Proyek Wind Tower Senilai USD 22 Juta
- Pelantikan Pejabat Tingkat III dan IV, Kepala BP: Satukan Energi untuk Majukan Batam
- Kepala Badan Pengusahaan Amsakar Achmad Lantik dr. Tanto Sebagai Direktur RSBP Batam
- BP Batam Perkuat Sinergi Regulasi JPT Melalui FGD Bersama Pelaku Usaha
NASIONAL
- Kembangkan Investasi, BP Batam Teken Nota Kesepahaman Bersama Kemerinves
- Wakili Presiden Prabowo, Deputi IV BP Batam Sampaikan Kesan Mendalam Pasca Pelantikan Paus Leo XIV di Vatikan
- Presiden Prabowo Tugaskan Deputi BP Batam Hadiri Pelantikan Paus Leo XIV di Vatikan
- Kapoldasu Diminta Beri Reward Tim Irwasda Pembasmi Narkoba di Asahan
POLITIK
- PAD Tak Pernah Tercapai, Banggar DPRD Batam Usulkan Moratorium Parkir Tepi Jalan
- DPRD Batam Gelar Paripurna Penyampaian Nota Keuangan Perubahan APBD 2025
- Banggar DPRD Batam Beri Rekomendasi dan Catatan Terkait Penggunaan APBD 2024 Oleh Pemko
- DPRD Kota Batam Sahkan Perda Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Tahun Anggaran 2024

