EKONOMI

NASIONAL

POLITIK

Dolar AS Nyaris Rp 15.000, Krismon Indonesia di Ujung Tanduk

 

JAKARTA - Krisis ekonomi jilid dua setelah 1998 kian di ujung tanduk. Betapa tidak, mata uang rupiah sudah tertekan sebanyak 1.563 poin (11,6%) terhadap dolar AS terhitung sejak awal tahun hingga saat ini (year to date).

 

Mengutip data perdagangan Reuters, dolar AS bergerak dari Rp 13.281 hingga Rp 14.825 sepanjang tahun ini. Fakta tersebut membuat rupiah pada tahun ini menjadi salah satu mata uang berkinerja terburuk di Asia. Hal itu didorong dengan defisit transaksi berjalan hingga krisis lira Turki yang mengakibatkan kekacauan di pasar negara berkembang seperti Indonesia.

 

Dikutip dari CNBC, Senin (3/9/2018), nilai tukar rupiah yang menyentuh 14.777 per dolar AS saja telah menyentuh level terlemahnya sejak tahun 1998.

 

Jatuhnya rupiah ke level terlemahnya terhadap dolar dalam lebih dari 20 tahun terakhir, mendorong Bank Indonesia (BI) untuk turun langsung mengintervensi ke pasar keuangan.

 

"Kepemilikan asing yang tinggi pada obligasi, ditambah dengan utang perusahaan Indonesia dalam dolar yang meningkat juga membuat rupiah cenderung lebih lemah," kata kepala ekonomi dan strategi di Mizuho Bank Vishnu Varathan.

 

Menurut data Moody's, pemerintah Indonesia tercatat memiliki sekitar 41% utang dalam mata uang asing. Jika rupiah terdepresiasi lebih lanjut, maka utang itu akan lebih mahal untuk dibayar kembali.

 

"Jika kenaikan kredit meningkat lebih lanjut (risiko pasar berkembang) dan harga minyak tetap tinggi menjelang sanksi Iran, risiko nilai tukar rupiah 15.000 adalah bahaya yang jelas," kata Varathan.

 

sumber: detik

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *