Tarif Listrik Industri Naik, Usep RS : PLN Batam Surati Kementerian ESDM Tinjau Kembali HGBT

Komisaris Independen PLN Batam, Usep Rahmat Saifullah (Usep RS). Foto/Furkon


BATAM - Di tengah derasnya arus tantangan industri energi, PLN Batam berjuang menjaga nyala terang Kota Batam. Di balik layar, ada sebuah perjuangan yang tak banyak diketahui publik perjuangan menghadapi lonjakan harga gas yang melambung lebih dari dua kali lipat.


Sebagai penyedia listrik utama di Batam, PLN Batam menggantungkan 85 persen pembangkitnya pada bahan bakar gas. Lonjakan harga gas menjadi badai yang menguji ketahanan dan komitmen perusahaan terhadap pelanggannya, terutama dari sektor industri.


Komisaris Independen PT PLN Batam, Usep R.S., menjadi salah satu sosok yang bersuara lantang dalam mendukung upaya PLN Batam menghadapi situasi ini.


“Kami sangat memahami betapa besar dampak kenaikan harga gas terhadap biaya produksi listrik. Namun, kami juga percaya bahwa pelanggan—terutama dunia usaha—berhak mendapat pelayanan terbaik dengan harga yang wajar,” ujar Usep dalam keterangannya, Rabu (21/5/2025).


Dalam situasi seperti ini, PLN Batam mengambil langkah bijak: menyesuaikan tarif listrik industri, namun tetap dengan pertimbangan yang matang dan berpihak pada keberlangsungan usaha.


“Penyesuaian tarif ini bukan semata-mata menaikkan harga, tapi bagian dari strategi untuk menjaga kualitas dan keberlanjutan layanan. Ini tentang efisiensi, tentang masa depan energi di Batam,” tegasnya.


Salah satu langkah nyata yang tengah ditempuh PLN Batam adalah mengajukan permohonan peninjauan kembali Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) kepada Kementerian ESDM. Harapannya, PLN Batam bisa mendapatkan harga gas khusus yang lebih kompetitif.


“Kondisi kami sangat berbeda. PLN Batam adalah perusahaan yang mandiri tanpa subsidi atau kompensasi dari pemerintah. Maka, sangat penting bagi pemangku kebijakan untuk melihat ini sebagai kebutuhan mendesak demi menjaga daya saing,” jelasnya.


Usep juga menyoroti pentingnya kolaborasi—bukan hanya dari pemerintah, tapi juga dari penyedia gas dan pelaku industri. Ia menekankan bahwa kebijakan yang diambil pemerintah harus mampu menjaga keseimbangan antara kesehatan finansial perusahaan negara dan kemampuan pelanggan.


“PLN Batam tidak ingin membebani pelanggan, tapi kami juga harus tetap sehat secara bisnis. Ini soal bagaimana kita semua bisa jalan bersama,” ujarnya.


Di akhir pernyataannya, Usep menyampaikan pesan penting untuk para pelaku industri dan asosiasi seperti APINDO dan KADIN. Ia berharap tidak ada narasi yang menyesatkan publik seolah-olah penyesuaian tarif listrik industri akan langsung memicu pemutusan hubungan kerja (PHK) massal.


“Justru di saat seperti inilah, dunia usaha bisa menemukan peluang. Penyesuaian tarif listrik bisa jadi momentum untuk berinovasi, menghemat energi, dan memperkuat daya saing,” tutupnya.


Dalam badai ini, PLN Batam tetap berdiri sebagai penjaga terang berjuang, beradaptasi, dan terus berkomitmen untuk melayani Batam dengan setia. (thr)


Editor: Ade