EKONOMI

NASIONAL

POLITIK

Nasib Anwar Ibrahim Bergantung Raja, Tensi Politik Malaysia Makin Memanas



JOHOR - Di tengah hiruk-pikuk perebutan posisi perdana menteri, Raja Malaysia Yang di-Pertuan Agong Al-Sultan Abdullah Ri'ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah, tidak akan diizinkan bertemu dengan siapapun selama seminggu ini. Pasalnya ia sedang menjalani perawatan di Institut Jantung Negara (IJN).


"Yang Mulia telah dinasehati oleh dokternya untuk tetap di (rumah sakit) selama tujuh hari untuk observasi. Jadi sampai saat itu, dia tidak akan ada pertemuan," kata Pengawas Keuangan Istana Ahmad Fadil Shamsuddin kepada Reuters, Jumat (25/9/2020).

Raja sendiri sudah dirawat di Bangsal Kerajaan di IJN sejak Senin (21/9/2020) setelah ia mengatakan merasa tidak enak badan. Pihak Istana juga mengatakan bahwa Raja telah disarankan untuk diawasi oleh dokter, tetapi tidak ada alasan yang mengkhawatirkan mengenai kondisinya kini.

Sebelumnya Anwar mengatakan akan bertemu Raja Malaysia pada Selasa untuk membentuk pemerintahan baru. Menurutnya pemerintahan sebagai PM Muhyiddin telah jatuh.

Namun pertemuan itu dibatalkan karena kondisi kesehatan Raja. Anwar dengan berani mengklaim bahwa ia mendapat dukungan dari hampir dua pertiga dari 222 anggota parlemen Malaysia.

Raja sendiri memainkan peran yang sebagian besar bersifat seremonial di Malaysia. Tetapi ia adalah 'restu' seseorang bisa menjadi PM Malaysia.

"Raja Malaysia adalah kunci," tulis Bloomberg dalam analisisnya.

Jika benar Anwar memiliki dukungan mayoritas seperti yang diklaimnya, maka Raja akan harus memutuskan apakah ia bersedia mengangkat dan menyumpahnya sebagai PM kesembilan Malaysia.

Di sisi lain, jika tidak bersedia mengangkat Anwar atau membiarkan Muhyiddin terus melanjutkan menjadi perdana menteri, maka Raja berhak untuk membubarkan parlemen dan menggelar pemilu dini.

Dalam kasus ini, jika Raja memilih untuk membubarkan parlemen, maka Muhyiddin Yassin akan memiliki kemungkinan untuk menang lagi di pemilu dan batal turun dari kursi perdana menteri.

Cara ini dipandang sebagai cara yang lebih "aman" untuk menyudahi ketidakstabilan politik berkepanjangan di Malaysia.

sumber  : cnbcindonesia