EKONOMI

NASIONAL

POLITIK

Awas Nyasar di Kota Medan

[caption id="attachment_5651" align="alignleft" width="290"]Warga Medan keluhkan minimnya petunjuk jalan raya. Banyak warga kota ini yang tersesat. foto: net Warga Medan keluhkan minimnya petunjuk jalan raya. Banyak warga kota ini yang tersesat. foto: net[/caption]

MEDAN - Bicara soal pembangunan, Kota Medan tak kalah dengan kota-kota besar lainnya di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya dan Bandung. Hal ini tak terlepas besarnya dana APBD  pembangunan.

 

Maka tak mengherankan gedung-gedung pencakar langit silih berganti tumbuh menjulang tinggi. Gemerlap lampu hias warna-warni menyemarakkan kota, dipadu rindangnya pepohonan menambah sejuk kota ini.

 

Namun di balik kemegahan yang ada, terselip satu cerita cukup menggelitik dan kerap jadi perbincangan hangat warga kota metropolitan di ujung barat Indonesia tersebut.

 

Kedengarannya sih sepele, tetapi hal itu sudah sangat membuat geram setiap masyarakat tempatan. Kisah tersebut adalah mengenai petunjuk jalan raya.

 

Marka jalan satu ini seolah menjadi momok menakutkan bagi warga terutama mereka yang baru tiba di Medan. Pasalnya, dari ukuran papan petunjuk yang ada hanya bisa terbaca ketika pengemudi sudah berjarak lebih kurang 5 meter.

 

Tidak hanya itu Dishub Pemko Medan juga kurang dalam memberi petunjuk nama jalan yang ada. Satu contoh untuk menunjukkan daerah di wilayah Padang Bulan, tidak terenci dengan jelas.

 

"Sepertinya jalan raya di kota ini hanya untuk orang yang sudah hafal saja, sehingga nulisnya pun halus-halus. Jarak 5 meter tulisan petunjuk itu baru kebaca," keluh Masturidi, warga Pasar 6 Sampali.

 

Ia membandingkan petunjuk jalan di Jakarta yang tulisannya besar sehingga jarak 100 meter saja sudah terlihat. "Kemarin saudara saya datang dari Pakem mau ke Sampali. Tapi dari pagi sampai sore nyasar di Medan, gara-gara petunjuk jalan nggak jelas," keluhnya.

 

Celakanya papan petunjuk jalan kalah mentereng jika dibanding petunjuk lainnya seperti tulisan patuhilah rambu lalu-lintas, status jalan kota, dan papan reklame.

 

"Kalau bicara kegunaan tentu masyarakat lebih memerlukan petunjuk jalan yang jelas dan adea rinciannya agar tidak nyasar. Bukan malah soal status jalan yang digede-gedein. Orang jalan itu yang punya kan negara, ngapain ditulis-tulis," sesalnya.

 

Sanking geramnya, ia bahkan siap menggalang dana masyarakat untuk mendanai pembangunan papan petunjuk jalan raya dengan ukuran standar ala jalan tol dan jalan seperti di Jakarta.

 

"Kalau Dishub Medan tidak bisa membangun marka, saya siap menggalang dana untuk membangunnya," sindirnya. (san)

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *