[caption id="attachment_3541" align="alignright" width="290"] Mantan Presiden SBY. foto: okezone.com[/caption]
Gawat, genting, mencekam. Ibarat ayam kehilangan induk, mungkin inilah kondisi republik sepeninggal Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Kisruh ini telah berlangsung satu minggu belakangan diawali penetapan tersangka Komjen Budi Gunawan (calon Kapolri) oleh KPK.
Dan puncaknya Jumat (23/1) pagi, Polri membalas dengan menangkap Komisioner KPK Bambang Widjajanto (BW) dengan tuduhan menyuruh bersaksi palsu pada sidang Pilkada Kotawaringin Barat.
Ratusan massa penggiat antikorupsi berkumpul di Gedung KPK mendesak pembebasan BW. Mereka mendesak Presiden Jokowi bertindak sebagai negarawan, tapi apa lacur, Jokowi tak mampu berbuat apa-apa.
Maklum saja Jokowi memang tak memiliki "power", sebab ia hanyalah seorang "pekerja partai". Sejatinya pemerintahan ini Megawati Soekarnoputri yang mengendalikan
Miris. Nasib penegakan pemberantasan korupsi di republik kini berada di ujung tanduk. Kisruh KPK vs Polri jilid II kali ini sepertinya akan dimenangkan oleh polisi menyusul kuatnya sokongan PDIP dan partai pendukung (KIH) menyokong polisi.
Ibarat robot. Polisi sepeninggal Jenderal Sutarman benar-benar telah "disetel". Tak ada lagi nurani berpikir jernih. Menetapkan tersangka BW hanya dalam waktu empat hari. Dipaksakan!
Jika begitu, hanya ada satu kata, #SaveKPK, #WhereAreYouJokowi. Masyarakat harus bersatu padu selamatkan KPK dari tirani penyokong koruptor yang berusaha menghancurkan lembaga antirasuah terpercaya di republik.
Kisruh ini mengingatkan masyarakat Indonesia pada sosok kenegarawanan mantan Presiden SBY. Kala itu kriminalisasi Bibit-Chandra Hamzah dengan Komjen Susno Duaji dan Djoko Susilo vs Novel Baswedan dapat diselesaikan dengan sigap dan tuntas oleh SBY.
Peran SBY sebagai pimpinan tertinggi Polri sangat egaliter dan penuh pujian. Meski partainya terus diserang oleh penggiat antikorupsi, tetapi SBY tetap mendukung KPK dan "mengenyahkan" modus aneh polri dalam melaksanakan penegakan hukum.
Sejatinya kini masyarakat luas dan dunia terbukakan pikiran dan nuraninya bahwa siapa sesungguhnya pemimpin yang bersih dan punya integritas dalam membangun bangsa melalui pemberantasan korupsi. (redaksi)